Saturday, June 14, 2014

Beliau

Aku mengenal Beliau sudah cukup lama.
Pertama kali bertemu dengan Beliau ketika aku masih duduk di bangku SMP, yaitu sekitar tahun 2007.

Beliau adalah sosok wanita yang begitu kuat, begitu tangguh. Namun dibalik kekuatan dan ketangguhan hatinya itu terselip sempurna sebuah cinta dan kasih sayang yang begitu dalam dan tulus kepada orang-orang di sekitarnya. Beliau tidak hanya begitu menyayangi darah daging dan keluarganya, bahkan aku yang pada waktu itu baru saja dekat dengan anak lelakinya pun sudah bisa merasakan betapa sayangnya Beliau kepada ku.



Beliau adalah seorang pekerja keras. Seorang wanita yang tidak ingin begitu tergantung dengan lelaki, selagi Beliau masih bisa mengerjakan sesuatu itu dengan baik, Beliau tidak akan meminta bantuan oleh orang lain.

Sosok istri yang selalu melayani suaminya meskipun lelah sepulang bekerja menyisakan letih yang belum sempat ia rebahkan. Wanita yang senantiasa menemani suaminya dalam kondisi apapun.

Ibu terbaik untuk putra dan putrinya. Beliau selalu mendekatkan diri dengan buah hatinya, mengajak mereka bercanda, bercerita, dan berbagi apa saja hal yang bisa dibagi dengan dasar ketulusan cinta kasih seorang ibu.

Ketika aku berada di dekat Beliau, nasihat bagai seorang sahabat selalu aku temukan. Beliau tidak pernah menghakimi ku dengan kesalahan-kesalahan yang pernah aku lakukan. Beliau selalu memberikan pandangan positif terhadap setiap hal yang terjadi. Aku begitu dekat dengannya, itulah sebabnya Beliau begitu memahami ku.

Namun kedekatan itu mengalami keabstarkkan saat ini.

Hari ini, setelah sekian lama aku tidak pernah berkomunikasi dengan Beliau, aku merindukannya.
Hari ini, setelah sekian lama aku tidak memeluk raganya, aku merindukannya.
Tetapi aku hanya ingin menahan kerinduan ini. Aku ingin mengungkapkan hal ini padanya ketika aku sudah memilki berita yang membahagiakan untuknya. Ketika berita bahagia itu belum bisa aku wujudkan, akan ku simpan kerinduan ini di dalam hati dan ku bisikkan dalam do'a.

Aku yakin beliau juga merindukan dan selalu membisikkan nama ku dalam do'a nya.
Kedekatan ku dengan Beliau tetap tercipta di sini (tunjuk hatiku).
Karena kedekatan terbentuk tidak hanya dengan banyaknya aku menceritakan banyak hal dengannya, ataupun Beliau menceritakan banyak hal kepada ku.
Kedekatan lebih kepada keberadaan. Keberadaan ketika aku menangis Beliau tetap ada untuk ku, meskipun terkadang ketika aku merasakan tawa, aku sedikit mengabaikannya.
Kedekatan juga ketika aku masih mengingat dan membisikkan namanya dalam do'a-do'a ku.

Meski raga kita tidak selalu bersama dan menyentuh satu sama lain, tetapi aku tetap merasakan kedekatan itu memang ada, Ibu.

Aku mencintai Beliau :)

No comments:

Post a Comment