Saturday, August 09, 2014

Ketika Saya Berproses

Kurang lebih empat tahun yang lalu, saya adalah gadis belia yang baru berusia 18 tahun. Dengan pergaulan anak ABG yang cukup bebas untuk kategori wilayah daerah, di sanalah saya tumbuh.

Empat tahun yang lalu, saya gadis belia dengan rambut panjang tipis dan kulit hitam manis yang setiap saat dilihat oleh banyak mata, baik laki-laki maupun perempuan. Mengenakan hotpants atau rok mini ketika berkumpul dengan sahabat-sahabat tercinta dan mengenakan dress pendek ketika pergi ke sebuah pesta, hal itu saya lakukan.


Empat tahun yang lalu, saya mulai memperhatikan kakak perempuan saya setiap pagi mengenakan baju lengan panjang, rok panjang, dan jilbab segi empat untuk menemani setiap kegiatan dihari-hari yang ia lalui. Beberapa hari memerhatikan kakak saya, hati saya seperti tergugah untuk ikut mengenakan jilbab. Entah mengapa di mata saya saat itu wanita yang mengenakan jilbab itu nampak begitu indah. Akhirnya saya memutuskan untuk mencoba mengenakan jilbab, meskipun pada saat itu saya hanya mengenakan jilbab saya dibeberapa aktifitas saja. Keadaan itu berlangsung selama satu tahun.

 Tahun pertama saya mengenakan jilbab

Tahun kedua saya mengenakan jilbab, saya berusaha istiqomah untuk selalu mengenakan jilbab saya disetiap aktifitas. Hal tersebut bukanlah sebuah hal yang mudah untuk saya lewati. Ketika saya harus menghadiri acara reuni bersama teman-teman SMA atau berkumpul dengan teman-teman kampus saya yang mayoritas tidak mengenakan jilbab saat itu adalah sebuah ujian yang cukup berat bagi saya.

Ini adalah salah satu foto ketika saya berkumpul dengan teman-teman kampus saya. Seperti yang terlihat hanya saya yang mengenakan jilbab, dan itu salah satu cobaan yang cukup berat bagi saya karena saya menjadi berbeda dari yang lain.

Pada saat itu saya masih merasa iri dengan teman-teman saya yang masih dengan bebas mengenakan baju dengan model apa saja tanpa harus memikirkan apakah ada bagian yang tidak tertutup ketika mengenakan baju tersebut. Mereka bisa mengikuti trend baju apa yang sedang in pada saat itu, sedangkan saya? Saya harus selalu memakai baju lengan panjang, celana atau rok panjang, dan harus menutup mahkota saya (baca:rambut) dengan jilbab saya. Tetapi sesuai janji saya kepada Yang Maha Pencipta, saya tetap berusaha istiqomah. Dengan mencoba memadu-padankan busana yang saya kenakan dengan tujuan agar saya tidak jenuh dengan baju yang saya kenakan. Dan hal tersebut cukup membantu saya untuk tetap bertahan mengenakan jilbab saya. Meskipun pada masa itu saya masih selalu mengenakan celana jeans, tetapi bagi saya pada saat itu point terpentingnya adalah saya tidak melepas jilbab saya, dan saya tetap menutup apa yang memang seharusnya saya tutup meskipun belum sempurna.

Sebuah berkah dari tahun pertama saya mengenakan jilbab adalah ketika saya sedang dalam perjalanan menuju perantauan untuk menimba ilmu, ada seorang lelaki yang mencoba menggoda wanita yang sedang lewat dihadapannya. Berbagai perkataan gombal ia keluarkan untuk menggoda wanita tersebut. Tetapi ketika saya yang lewat dihadapan lelaki tersebut, dia mengucapkan "assalamu'alaikum mbak" dan saya sambut "wa'alaikum salam". Sungguh sebuah berkah bukan? Ketika saya lewat disapa dengan salam, bukan dengan gombalan yang sama sekali tidak bermakna. Saya merasa lebih dihargai :)
Yakinlah di dalam setiap cobaan pasti terselip sebuah berkah.

Jilbab saya sudah memasuki tahun ketiga saat itu, dimana saya mulai mengenal designer muda bernama Dian Pelangi. Dian Pelangi adalah seorang designer hijab yang usianya sama dengan saya. Melalui akun instagram Dian Pelangi yang saya follow, saya sering memperhatikan bagaimana style hijab yang Dian Pelangi kenakan. Sangat modis dan tidak kalah dengan wanita-wanita yang tidak mengenakan jilbab. Seperti melihat sebuah mentari pagi yang baru menampakkan diri dari peraduannya, saya seperti menemukan sesuatu hal baru yang dapat membantu saya untuk tetap istiqomah dengan jilbab saya.

 Tahun ketiga saya mengenakan jilbab, dan saya mulai belajar memakai rok.
Selain Dian Pelangi, saya juga menemukan sebuah akun instagram milik seorang model hijab, Dini Djoemiko. Dini Djoemiko adalah seorang model hijab muda dengan style yang simple but chic. Dini Djoemiko sering mengenakan padanan rok dan kaos untuk aktifitas sehari-harinya, dan saya sangat menyukai style Dini yang seperti itu. Kemudian saya mencoba untuk belajar selalu mengenakan rok disetiap aktifitas saya. Bukan karena ingin ikut-ikutan trend atau supaya dianggap seperti Dini, tetapi lebih kepada saya ingin lebih menyempurnakan pakaian yang saya kenakan. Anggap saja ini sebagai hawa positif dari Dini untuk memberikan pandangan kepada saya bahwa mengenakan rok lebih baik daripada mengenakan jeans. Karena ketika mengenakan jeans salah satu teman saya mengatakan (sebut saja Ade) bahwa wanita itu harus menutup aurat, bukan membungkus. :)

Meskipun belum seratus persen saya benar-benar mengenakan rok, tetapi saya tetap berusaha untuk mengurangi mengenakan jeans. Hal ini tentu saja tidak mudah, karena saya harus membuang jauh-jauh keinginan saya untuk selalu mengenakan jeans. Dengan niat yang kuat dan tekad ingin menjadi manusia yang lebih baik lagi, saya akan berubah dan belajar untuk berjilbab yang lebih syar'i.

Melalui hidup saya empat tahun terakhir, saya banyak belajar tentang arti sebuah hidup. Hidup adalah sebuah proses. Proses seperti apa yang dilakukan dalam hidup? Tentu saja proses untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi setiap harinya. Cerita saya ini hanya salah satu dari banyak proses saya sebagai manusia.
Pada masa itulah saya mencoba belajar untuk berproses, tentu saja untuk menjadi seorang wanita sekaligus seorang muslimah yang lebih baik lagi. Perubahan yang instant tidak akan mengajarkan kita akan banyak hal. Tetapi perubahan yang melalui sebuah proses akan memberikan kita banyak hal untuk dipahami. Dari sini saya memahami bahwa seorang wanita bukan dianjurkan untuk menutup auratnya, tetapi diwajibkan. Diwajibkan untuk setiap perempuan yang sudah baligh, bukan untuk wanita yang sudah berusia tua saja. Hal ini saya utarakan karena saya pernah mendengar seorang wanita yang mengatakan bahwa ketika dia mengenakan jilbab, dia merasa seperti seorang wanita tua.

Sekarang saya merasa lebih dihargai melalui jilbab yang saya kenakan.
Kuatkan hati dan niat untuk segera melaksanakan kewajiban kita sebagai muslimah, ukhti :)
Jilbab bukan untuk wanita yang pandai agama saja, wanita yang tidak pernah berdosa, atau hanya untuk wanita yang pandai berdakwah saja. Tetapi jilbab WAJIB hukumnya untuk setiap wanita muslimah :)

Belajarlah berani untuk berproses. Belajarlah berani untuk menjadi berbeda dari yang lain. Ikhlaskan niat. Karena saya telah merasakan manfaat dari perubahan itu, dan saya akan melanjutkan proses saya.

Barakallah :)

No comments:

Post a Comment